Kamis, 02 Mei 2013

tugas 2 kesehatan mental



1.       Teori behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.



Tokoh-tokoh :
1.     Teori Belajar Menurut Watson
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.
2.     Teori Belajar Menurut Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).
3.     Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).
4.     Teori Belajar Menurut Skinner
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan memengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya memengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.





1.      Teori Humanistik
PsikologiHumanistis (Maslow)
Teori belajar humanistik yang di pelopori oleh Abraham Maslow mencoba untuk mengkritisi teori Freud dan behaveoristik. Menurut Abraham hal yang terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi  perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada “ketidak normalan” atau “sakit” seperti yang dilihat oleh teori Freud. Pendekatan ini melihat kejadian setelah “sakit” tersebut sembuh, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal – hal positif. Kemampuan positif ini disebut potensi yang ada dalam manusia dan pendidik yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan pada hal – hal positif ini.
Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain efektif. Misalnya kemampuan dalam ketrampilan membangun dan menjaga relasi yang hangat dengan orang lain, kepercayaan, penerimaan, kesadaran, memahami perasaan orang lain, kejujuran interpersonal dan pengetahuan interpersonal lainnya. Jadi intinya adalah meningkatkan kualitas keterampilan interpersonal dalam kehidupan sehari – hari. Selain menitikberatkan pada interpersonal, para pendidik juga membuat pembelajaran yang membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan dan berfantasi. Pendekatan ini mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia pendidikan. Freudian melihat emosi sebagai sebagai hal yang mengganggu perkembangan, sementara humanistik melihat keuntungan pendidikan emosi. Jadi bisa dikatakan bahwa emosi adalah karakteristik yang sangat kuat dan nampak dari para pendidik beraliran humanistik. Karena berfikir dan merasakan saling beriringan, mengabaikan pendidikan emosi sama dengan mengabaikan salah satu potensi terbesar manusia.
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran humanistik. Maslow percaya bahwa manusia bergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang paling di kenal adalah teori tentang Hierarchy of Needs ( Hirarki kebutuhan ). Dia mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri orang memiliki rasa takut yang dapat membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan. Manusia juga bermotivasi untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan hidupnya. Kebutuhan – kebutuhan tersebut memiliki hirarki ( tingkatan ) mulai dari yang rendah sampai yang tinggi. Adapun hirarki – hirarki tersebut adalah :
·         Kebutuhan fisiologis atau dasar
·         Kebutuhan akan aman dan tenteram
·         Kebutuhan akan dicintai dan disayangi
·         Kebutuhan untuk dihargai
·         Kebutuhan untuk aktualisasi diri

2.      Teori psikoanalisa
1.      Teori Psikoanalisa Sosial (Horney)
a.      Pengantar Teori Psikoanalisa Sosial (Horney)
Teori Psikoanalisis Sosial dari Karen Horney memiliki asumsi bahwa kondisi sosial dan kultural, terutama pengalaman masa kanak-kanak, berpengaruh dalam membentuk kepribadian seseorang. Orang yang tidak mendapatkan kebutuhan akan cinta dan kasih sayang di masa kanak-kanak, akan mengembangkan rasa permusuhan (basic hostility) terhadap orangtua, dan akhirnya akan mengalami kecemasan (basic anxiety). Horney mengatakan bahwa untuk melawan kecemasan dasar tersebut, maka seseorang akan melakukan salah satu cara dalam berhubungan dengan orang lain. 
Kebutuhan kasih sayang dan dicintai tidakterpenuhi -> basic hostility-> basic anxiety.
Orang yang normal akan menggunakan cara manapun dari ketiga cara tersebut, namun orang yang neurotik hanya akan menggunakan salah satu cara saja. Tulisan-tulisan Horney memang ditujukan untuk kepribadian neurotik, tetapi banyak ide-ide nya berlaku pada individu normal. Sama seperti tokoh lain, pandangan Horney mengenai kepribadian merupakan refleksi dari pengalaman hidupnya. Pemikirannya ini merupakan usahanya untuk mengatasi penderitaan batin yang dia alami.
Pada akhirnya meningkatnya kebutuhan akan kasih sayang menyebabkan orang menilai cinta terlalu tinggi. Dampaknya adalah orang memandang cinta dan kasih sayang adalah jawaban atas semua masalah yang dihadapi.
Kebutuhan akan kasih sayang sebenarnya merupakan hal yang wajar. Namun, jika kebutuhan itu berlebihan akan menyebabkan terjadinya neurosis. Mengapa demikian? Karena dengan adanya kebutuhan yang berlebihan, orang tidak akan berfokus pada manfaat yang diterima jika kebutuhan itu terpenuhi, melainkan berfokus pada mendapatkan kebutuhan dengan cara apapun. Misalnya, bersikap tidak ramah, merasa cemas, keinginan bersaing yang berlebihan, dan lain-lain.
Horney percaya bahwa neurosis dapat berkembang di semua tahap kehidupan, khususnya masa kanak-kanak. Semua pengalaman traumatis di masa kanak-kanak dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak di masa selanjutnya. Namun, Horney meyakini bahwa akar dari semua pengalaman traumatis ini adalah kurangnya kehangatan dan kasih sayang yang tulus dari orangtua.
Pengalaman traumatis di masa kanak-kanak bukan pembentuk kepribadian di masa dewasa, namun pengalaman-pengalaman itu membentuk struktur karakter tertentu yang mulai berkembang. Sehingga, sikap atau kepribadian di masa dewasa muncul karena struktur karakter seseorang, yang berkembang pada masa kanak-kanak.

b.      Permusuhan dasar (Basic Hostility), Kecemasan dasar (Basic Anxiety), Dorongan Kompulsif
Horney percaya bahwa setiap manusia lahir untuk berkembang. Oleh karena itu, manusia membutuhkan kondisi yang mendukung untuk berkembang, seperti lingkungan kondusif, cinta tulus, dan disiplin. Kondisi ini akan memberi rasa aman dan puas dan memungkinkan manusia bertumbuh sesuai dengan diri yang sebenarnya (real self).
Pada kenyataannya, kondisi itu tidak tercipta, karena ketidakmampuan dan ketidakmauan orangtua untuk memenuhi kebutuhan anak. Orangtua yang tidak mampu memenuhi kebutuhan anak akan menyebabkan anak merasa tidak aman dan puas. Anak yang tidak aman dan puas, akan mengembangkan basic hostility terhadap orangtua. Kadang sikap anak ini tidak ditunjukkan secara terang-terangan, namun ditekan dan menjadi tidak sadar akan sikap permusuhan tersebut. Sikap permusuhan yang ditekan ini menyebabkan basic anxiety, yaitu perasaan terisolasi dan tidak berdaya.
Basic hostility dan basic anxiety memiliki keterkaitan satu sama lain dan keduanya memperkuat neurosis. Sebagai seorang manusia, kita tentu memiliki cara mempertahankan diri dari kecemasan. Pada awalnya, Horney menyebutkan empat cara yang biasa dilakukan manusia untuk mengatasi kecemasan itu, yaitu : (1) Kasih sayang, sebuah cara dimana orang akan membeli cinta dengan cara menuruti permintaan orang lain. Hal ini dapat dilakukan dengan membelikan barang-barang atau hasrat seksual. Misalnya, kasus nyata klien saya, seorang wanita yang di masa remaja nya selalu menuruti keinginan pacarnya untuk melakukan hubungan seksual. Bahkan, hingga saat ini, untuk mendapatkan kasih sayang dari teman-temannya, ia rela membelikan berbagai barang mahal untuk teman-teman kantornya ; (2) Submissiveness, sebuah cara dimana orang akan patuh terhadap orang lain, institusi, atau kepada agama ; (3) Power, sebuah cara dimana orang akan mendominasi orang lain, mempermalukan orang lain, dan tidak mau berbagi kepada orang lain ; (4) Withdrawl, sebuah cara dimana orang akan mengembangkan kemandirian dari orang lain, atau memisahkan diri secara emosional dari orang lain.
Keempat cara itu tidak lantas menjadi indikasi neurosis, karena semua orang menggunakan cara tertentu sampai batas yang normal. Cara tersebut menjadi tidak sehat jika orang harus selalu menggunakan cara itu dan tidak menggunakan cara lain. Hal ini yang disebut dengan dorongan kompulsif.
c.       Kebutuhan dan Kecenderungan Neurotik
Horney menyebutkan sepuluh kebutuhan neurotik, yaitu :
1.     Kebutuhan akan kasih sayang dan penerimaan diri. Kebutuhan ini akan dipuaskan dengan cara menyenangkan orang lain, memenuhi harapan orang lain, tidak asertif, tidak nyaman bermusuhan dengan orang lain dan diri sendiri.
2.     Kebutuhan akan rekan yang kuat. Kebutuhan ini dipuaskan dengan mendekatkan diri pada orang berpengaruh, dan tidak mau ditinggalkan. Misal, Horney selalu terlibat asmara dengan beberapa tokoh, walau sudah menikah, seperti Erich Fromm.
3.     Kebutuhan membatasi hidupnya dalam lingkup yang sempit. Kebutuhan ini akan dipuaskan dengan cara tidak menonjol, merasa puas di nomor ke dua, merasa cukup dengan stimulus yang sedikit, dan menurunkan kemampuan mereka.
4.     Kebutuhan akan kekuasaan. Kebutuhan ini akan dipuaskan dengan cara mengatur orang lain, menghindari perasaan lemah, dan tidak pintar.
5.     Kebutuhan memanfaatkan orang lain. Kebutuhan ini akan dipuaskan dengan cara menilai orang lain berdasarkan bagaimana orang lain tersebut dapat digunakan.
6.     Kebutuhan akan penghargaan sosial. Kebutuhan ini akan dipuaskan dengan cara selalu menjadi orang pertama, paling penting dalam segala sesuatu.
7.     Kebutuhan akan kekaguman pribadi. Kebutuhan ini akan dipuaskan dengan cara menuntut rasa kagum dan penerimaan dari orang lain atas diri mereka.
8.     Kebutuhan akan ambisi dan pencapaian pribadi. Kebutuhan ini akan dipuaskan dengan cara selalu menjadi yang terbaik, dan mengalahkan orang lain.
9.     Kebutuhan akan kemandirian dan kebebasan. Kebutuhan ini dipuaskan dengan menjauh dari orang, untuk membuktikan mampu bertahan hidup tanpa orang lain.
10. Kebutuhan akan kesempurnaan. Kebutuhan ini dipuaskan dengan tidak mau membuat kesalahan, menyembunyikan kelemahan, dan berusaha maksimal untuk sempurna.
Sejalan dengan perkembangan teorinya, Horney mengelompokkan sepuluh kebutuhan menjadi tiga kategori umum, yang berhubungan dengan sikap dasar seseorang terhadap diri dan orang lain. Ketiga sikap dasar itu disebut kecenderungan neurotik (neurotic trends), yaitu mendekati orang lain, melawan orang lain, dan menjauhi orang lain.
Kecenderungan neurotik ini merupakan bagian teori Horney tentang neurosis. Artinya, teori ini berlaku bagi orang yang neurosis. Namun, Horney mengatakan bahwa teorinya tersebut juga berlaku untuk orang yang sehat dan normal. Perbedaannya adalah individu normal akan sadar ketika menggunakan cara itu untuk menghadapi orang lain. Sedangkan orang yang neurotik tidak sadar ketika menggunakan cara itu untuk menghadapi orang lain.